PROSESI HAJATAN
Sebagai
prosesi persiapan dalam menyambut hari pernikahan, prosesi hajatan
dilangsungkan dengan harapan seluruh keluarga besar dan calon pengantin
yang akan melaksanakan hajat dijauhkan dari segala halangan dan seluruh
acara berjalan dengan lancar.
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag (dekorasi tenda)
dan tarub (hiasan dari janur atau daun kelapa yang muda) yang dipajang
sebagai hiasan pintu masuk ini menandai bahwa sang keluarga sedang
mengadakan acara hajatan mantu. Adapun janur kuning melengkung sebagai
pengharapan berkah dan kemakmuran bagi kedua mempelai layaknya meminta
cahaya kepada Yang Maha Kuasa.
2. Kembar mayang
Kali ini, ornamen yang dibentuk dari rangkaian
akar, batang, daun, bunga, dan buah ini dipercayai dapat memberikan
kebijaksanaan dan motivasi bagi kedua pengantin untuk menjalani
kehidupan barunya dalam berumah tangga. Biasanya, daun-daun beraneka
ragam akan ditekuk ke sebuah batang pisang sehingga menyerupai bentuk
gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung.
3. Pasang tuwuhan
Tuwuhan yang berarti tumbuh-tumbuhan ini diletakkan di tempat siraman.
Anda juga dapat menambahkan buah-buahan seperti setandan pisang pada
masing-masing sisi sebagai harapan agar sang pengantin kelak cepat
memperoleh buah hati.
4. Siraman
Secara harafiah, siraman berarti mandi dengan air.
Pada ritual ini, akan ada tujuh orang yang menyiramkan air ke sang
pengantin. Nantinya, sang ayah mempelai wanitalah yang akan
menyelesaikan ritual yang dilambangkan sebagai pembersihan diri sebelum
menjalankan ritual selanjutnya yang lebih sakral. Selain bertugas
mengakhiri siraman tersebut, sang ayah juga akan menggendong mempelai
wanita menuju kamar pengantinnya.
5. Adol dawet
Kemudian, kedua orang tua menyelenggarakan acara
menjual dawet sebagai hidangan kepada para tamu undangan yang telah
hadir menyaksikan prosesi yang telah berjalan. Tetapi, penjualan dawet
ini tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan kreweng atau pecahan
tembikar dari tanah liat sebagai tanda bahwa pokok kehidupan berasal
dari bumi. Di sini, sang ibu akan melayani para pembeli, sedangkan sang
ayah akan memayungi sang ibu. Artinya adalah untuk memberikan contoh
kepada anak-anaknya di kemudian hari bahwa mereka harus saling bergotong
royong dalam membina rumah tangga.
6. Potong tumpeng
Tumpeng merupakan sajian nasi berbentuk
kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditata mengelilinginya di atas
nampan bulat yang terbuat dari anyaman bambu. Dalam ritual Jawa, tumpeng
identik dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan karena bentuknya
menyerupai gunung. Prosesi pemotongan tumpeng ini akan dilakukan oleh
ayah dan ibu dengan mengambil bagian puncak tumpeng dan lauk pauknya.
7. Dulangan pungkasan
Kemudian, acara dilanjutkan dengan
prosesi suapan terakhir oleh ayah dan ibu kepada calon pengantin sebagai
tanda tanggung jawab terakhir dari orang tua kepada anaknya yang akan
menikah.
8. Tanam rambut dan lepas ayam
Menanamkan potongan rambut kedua
calon mempelai bermaksud agar segala hal buruk dijauhkan dari rumah
tangga kedua anaknya. Setelahnya akan dilanjutkan dengan pelepasan ayam
jantan hitam yang menandai bahwa kedua orang tua telah mengikhlaskan
anaknya hidup mandiri bagaikan seekor ayam yang sudah dapat mencari
makanan sendiri.
9. Midodareni
Arti kata midodareni sendiri adalah bidadari,
sehingga harapan dari ritual malam sebelum melepas masa lajang ini
adalah sang pengantin wanita akan terlihat cantik esok harinya bak
bidadari dari surga. Pada malam ini, pengantin wanita akan ditemani oleh
pihak keluarga saja dan dilarang bertemu oleh calon suaminya karena ia
akan menerima nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pernikahan.
https://www.bridestory.com/id/blog/panduan-rangkaian-prosesi-pernikahan-adat-jawa-beserta-makna-di-balik-setiap-ritualnya
0 komentar:
Posting Komentar